Saat cuaca mulai dingin atau malam terasa sejuk, banyak orang tua bertanya-tanya: kapan bayi boleh pakai selimut? Meski terlihat sepele, penggunaan selimut pada bayi sebenarnya bukan perkara sederhana. Jika di lakukan terlalu dini, risiko seperti tersedak, sesak napas, atau bahkan SIDS (kematian mendadak pada bayi) bisa meningkat. Karena itu, memahami kapan dan bagaimana memberikan selimut bayi aman menjadi hal yang sangat penting. Artikel ini akan membahas waktu yang tepat, jenis selimut yang direkomendasikan, dan alternatif yang lebih aman untuk menjaga si kecil tetap hangat tanpa risiko.
Baca Juga : Apa Itu Swaddle dan Kenapa Penting untuk Bayi?
1. Risiko Menggunakan Selimut Terlalu Dini
Banyak orang tua mengira bahwa menyelimuti bayi adalah bentuk kasih sayang dan perlindungan. Namun, menggunakan selimut pada usia yang belum tepat bisa sangat berisiko bagi keselamatan bayi.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), penggunaan selimut pada bayi di bawah usia 12 bulan berisiko menyebabkan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak saat tidur. Ini karena bayi bisa tercekik, tertutup saluran napasnya, atau kesulitan bergerak ketika selimut menutupi wajahnya.
Di sisi lain, selimut yang terlalu tebal juga bisa membuat bayi mengalami overheating (kepanasan), yang juga menjadi faktor risiko SIDS. Maka dari itu, lebih baik gunakan alternatif lain seperti sleep sack atau pakaian hangat berlapis di banding selimut lepas.
Sebagai aturan umum, bayi belum boleh tidur dengan selimut di kasurnya hingga usianya cukup besar untuk dapat membalikkan badan dan melepaskan kain secara mandiri, yaitu biasanya setelah 12 bulan.
Dengan memahami risikonya sejak awal, kamu bisa lebih tenang dan percaya diri dalam menciptakan lingkungan tidur yang aman dan nyaman untuk si kecil.
2. Kapan Waktu yang Tepat Memberikan Selimut?
Setiap bayi berkembang dengan kecepatan yang berbeda, namun ada beberapa patokan umum yang bisa di gunakan sebagai panduan.
Bayi di bawah 1 tahun sebaiknya tidak tidur dengan selimut di kasurnya. Namun, saat bayi sudah mampu berguling, duduk, atau bahkan berdiri dengan stabil, biasanya sekitar usia 12–18 bulan, risiko SIDS akan jauh menurun.
Pada titik ini, penggunaan selimut mulai bisa di pertimbangkan, dengan syarat:
- Selimut ringan, tidak berbulu tebal
- Ukuran tidak terlalu besar hingga mudah menutupi wajah
- Material breathable seperti katun atau muslin
- Di letakkan hanya pada bagian bawah tubuh
Namun, untuk lebih aman, banyak orang tua memilih menggunakan sleep sack hingga anak berusia 2 tahun. Sleep sack memberikan rasa hangat tanpa risiko kain berpindah ke wajah.
Sebagai tambahan, pastikan suhu kamar juga ideal, sekitar 20–22°C. Dengan begitu, kamu tidak perlu merasa khawatir si kecil akan kedinginan meski tanpa selimut tebal.
Kesimpulannya, gunakan usia dan kemampuan fisik bayi sebagai acuan, bukan sekadar tradisi atau kebiasaan keluarga.
3. Alternatif Selimut Bayi yang Aman Digunakan
Jika kamu merasa bayi perlu kehangatan tambahan, tenang—ada banyak alternatif selimut bayi yang aman dan direkomendasikan oleh para ahli.
Pertama, gunakan sleep sack atau wearable blanket. Ini seperti kantong tidur yang di kenakan bayi, membuat mereka tetap hangat tanpa risiko selimut berpindah posisi.
Kedua, pakaian berlapis. Pilih baju dalam berbahan katun lembut, lalu tambahkan satu lapis outer atau jumpsuit hangat. Ini memberikan kehangatan tanpa perlu tambahan kain lepas.
Ketiga, bedong (swaddle) untuk newborn. Selama dilakukan dengan teknik yang benar dan di hentikan setelah bayi bisa berguling, bedong adalah solusi aman untuk memberikan kenyamanan dan rasa terlindungi.
Selain itu, gunakan selimut hanya saat bayi sedang di gendong atau dipantau secara langsung—bukan saat tidur malam atau siang tanpa pengawasan.
Dengan memilih alternatif-alternatif ini, kamu tetap bisa menjaga bayi tetap hangat tanpa mengorbankan keselamatannya.
4. Tips Menjaga Bayi Tetap Hangat Tanpa Risiko
Musim dingin atau suhu ruangan ber-AC sering kali membuat orang tua khawatir bayi akan kedinginan. Tapi jangan buru-buru menyelimuti, ya! Berikut tips menjaga kehangatan bayi tanpa risiko:
- Gunakan topi dan kaus kaki saat cuaca dingin, terutama saat keluar rumah.
- Lapisi pakaian bayi sesuai kebutuhan. Ingat rumusnya: 1 lapis lebih banyak dari yang kamu kenakan.
- Periksa suhu leher atau punggung bayi, bukan tangan atau kaki, untuk menentukan apakah dia kedinginan.
- Jangan gunakan selimut elektrik atau penghangat kasur untuk bayi.
- Tutup jendela dan hindari angin langsung ke tempat tidur bayi.
Di sisi lain, hindari juga berlebihan. Bayi yang terlalu hangat bisa berkeringat, menjadi rewel, bahkan mengalami dehidrasi ringan.
Dengan pendekatan yang seimbang, kamu bisa memberikan kenyamanan maksimal tanpa khawatir soal keamanan.
✨ Penutup: Hangat, Aman, dan Tenang untuk Semua
Menyelimuti bayi memang terasa alami bagi banyak orang tua. Tapi dengan memahami risiko dan waktu yang tepat, kamu bisa menghindari bahaya yang tidak terlihat.
Alih-alih sekadar mengikuti kebiasaan, pilihlah pendekatan yang sesuai dengan perkembangan bayi dan panduan medis. Sleep sack, bedong, dan pakaian berlapis bisa menjadi solusi cerdas yang menjaga kehangatan sekaligus keselamatan.
Ingatlah, kenyamanan bayi tidak selalu harus di balut dengan kain—kadang cukup dengan pelukan hangat dan ruang tidur yang tenang.